Selasa, 29 Maret 2011

Sifat-sifat mekanisme bahan

 SIFAT-SIFAT MEKANIS BAHAN
Kurva tegangan-regangan yang ditunjukkan pada Gb. 1-5 dapat digunakan untuk mencirikan beberapa karakteristik tegangan bahan. Diantaranya:

Batas proporsi (proportional limit)
Ordinat titik P disebut sebagai batas proporsi, yaitu tegangan maksimum yang terjadi selama tes tarikan sedemikian sehingga tegangan merupakan fungsi linier dari regangan. Untuk bahan yang kurva tegangan regangannya menyerupai Gb. 1-8 maka tidak memiliki batas proporsi

Tabel 1-1. Sifat-sifat bahan teknik pada 20°C


Bahan
Berat spesifik
KN/m3
Modulus Young
Gpa
Tegangan maksimum
kPa
Koefisien ekspansi
10e-6/°C

Rasio Poisson
I. Metal dalam bentuk papan, batang atau blok
Aluminium campuran
Kuningan
Tembaga
Nikel
Baja
Titanium campuran
27
84
87
87
77
44
70-79
96-110
112-120
210
195-210
105-210
310-550
300-590
230-380
310-760
550-1400
900-970
23
20
17
13
12
8-10
0.33
0.34
0.33
0.31
0.30
0.33
II. Non-metal dalam bentuk papan, batang atau blok
Beton
Kaca
24
26
25
48-83
24-81
70
11
5-11

0.23
III. Bahan dengan filamen (diameter < 0.025 mm)
Aluminium oksida
Barium carbide
Kaca
Grafit
38
25

22
690-2410
450
345
980
13800-27600
6900
7000-20000
20000


IV. Bahan komposit (campuran)
Boron epoksi
Kaca-S diperkuat epoksi
19
21
210
66.2
1365
1900
4.5



Batas elastis (elastic limit)
Ordinat suatu titik yang hampir berimpitan dengan titik P diketahui sebagai batas elastis, yaitu tegangan maksimum yang terjadi selama tes tarikan sedemikian sehingga tidak terjadi perubahan bentuk atau deformasi maupun residu permanen ketika pembebanan dipindahkan. Untuk kebanyakan bahan nilai batas elastis dan batas proporsi adalah hampir sama dan sering digunakan sebagai istilah yang saling menggantikan. Pada kasus-kasus dimana pemisahan diantara dua nilai ditemukan, nilai batas elastis selalu sedikit lebih besar daripada batas proporsi.

Selang elastis dan plastis (elastic and plastic ranges)
Daerah atau rentang kurva tegangan-regangan yang ditarik dari origin sampai batas proporsi disebut selang elastis; sedang rentang kurva tegangan regangan yang ditarik dari batas proporsi sampai titik runtuh (point of rupture) disebut selang pastis.

Titik lelah (yield point)
Ordinat titik Y pada Gb. 1-5, yang dinyatakan dengan σyp, dimana terjadi peningkatan atau pertambahan regangan tanpa adanya penambahan tegangan disebut sebagai titik lelah dari bahan. Setelah pembebanan mencapai titik Y, maka dikatakan terjadi kelelahan. Pada beberapa bahan terdapat dua titik pada kurva tegangan-regangan dimana terjadi peningkatan regangan tanpa perubahan tegangan. Masing-masing disebut titik lelah atas dan titik lelah bawah.

Tegangan maksimum (ultimate strength, tensile strength)
Ordinat titik U pada Gb. 1-5, ordinat maksimum pada kurva, diketahui sebagai tegangan maksimum atau tegangan puncak dari bahan.

Tegangan putus (breaking strength)
Ordinat pada titik B pada Gb. 1-5 disebut tegangan putus dari bahan.

Modulus kekenyalan, keuletan (modulus of resilence

KLASIFIKASI BAHAN
Sampai saat ini, diskusi kita adalah didasarkan pada asumsi bahwa bahan mempunyai dua karakteristik, yaitu:
Homogen, yaitu mempunyai sifat elastis (E, μ) yang sama pada keseluruhan titik pada bahan.
Isotropis, yaitu mempunyai sifat elastis yang sama pada semua arah pada setiap titik dalam bahan.
Tidak semua bahan mempunyai sifat isotropis. Apabila suatu bahan tidak memiliki suatu sifat simetri elastik maka bahan tersebut disebut anisotropis, atau kadang-kadang aeolotropis. Disamping memiliki dua konstanta elastis (E, μ) seperti pada bahan isotropis, bahan anisotropis mempunyai 21 konstanta elastis yang lain. Jika bahan mempunyai tiga bidang yang saling tegaklurus dengan masing-masing mempunyai simetri elastis maka bahan dikatakan orthotropis. Jumlah konstanta independen dalam hal ini adalah sembilan. Bahan komposit yang diperkuat dengan filamen didalamnya (Gb. 1-10) merupakan contoh dari bahan anisotropis.   
Untuk dapat membaca selengkapnya dapat di download di bawah ini :


Senin, 28 Maret 2011

Perpindahan panas pancaran hantaran dan aliran

Perpindahan ka1or dari suatu zat ke zat lain selalu terjadi baik pada  proses kerja mesin maupun didalam kerja proses industri pada umumnya. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran ka1or, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai dengan ja1an pemasukan atau pengeluaran ka1or. Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan endoterm

Kalor dapat diangkut dengan tiga macam cara yaitu:
1. Pancaran, sering juga dinamakan radiasi.
2. Hantaran, sering juga disebut konduksi.
3. Aliran, sering juga disebut radiasi.
Hantaran (Konduksi)
Yang dimaksud dengan hantaran ialah pengangkutan kalor melalui satu jenis zat. Sehingga perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah aliran energi kalor, adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah.







Sudah diketahui bahwa tidak semua bahan dapat menghantar kalor sama sempurnanya. Dengan demikian, umpamanya seorang tukang hembus kaca dapat memegang suatu barang kaca, yang beberapa cm lebih jauh dari tempat pegangan itu adalah demikian panasnya, sehingga bentuknya dapat berubah

Untuk dapat melihat selngkapnya download di bawah ini :

Konsep-konsep dasar kinematika

KONSEP – KONSEP DASAR


1.1 KINEMATIKA
Kinematika mesin adalah suatu pengetahuan tentang gerak relatif
dari bagian -bagian mesin yaitu posisi, kecepatan dan percepatan.
1.2 DIAGRAM KINEMATIS
Dalam mempelajari gerakan-gerakan dari bagian-bagian mesin,
biasanya kita gambarkan bagian-bagian tersebut dalam bentuk sketsa
sehingga hanya bagian-bagian yang akan memberi efek pada gerakan
yang diperhatikan.
Gambar 1.1 Diagram kinematis
Gambar 1.1 menyatakan elemen-elemen utama dalam sebuah mesin
diesel. Bagian -bagian yang diam, terdidri dari bantalan -bantalan kruk as
dan dinding silinder diberi label 1. Engkol dan kruk as adalah batang
penghubung 2, batang penghubung 3, dan torak atau peluncur adalah
penghubung 4.
 1.3 MEKANISME
Sebuah rantai kinematis adalah sebuah system dari batang
batang penghubung yang berupa benda benda kaku yang apakah
digabungkan bersama atau dalam keadaan saling bersinggungan
sehingga memungkinkan mereka untuk bergerak relatif satu terhadap
yang lain
4.1 INVERSI
Dengan membuat suatu batang penghubung yang berbeda
dalam rantai kinematis sebagai bagian yang tidak bergerak, kita
memperoleh mekanisme yang berbeda.
1.7 TRANSLASI
Sebuah benda mempunyai gerakan berupa translasi, jika ia
bergerak sedemikian hingga semua garis-garis lurus dalam benda
tersebut bergerak mengikuti posisi-posisi yang sejajar. Translasi garis lurus
(rectilinear translation) adalah suatu gerakan dimana semua titik dari
suatu benda bergerak dalam jalur garis lurus. Suatu translasi dimana titiktitik
dalam suatu benda bergerak sepanjang jalur yang berupakurva
disebut translasi menurut kurva (curvilinear translation). 

Untuk membaca selengkapnya Download disini :

DOWNLOAD

Jumat, 25 Maret 2011

Metode Elemen Hingga MATRIX









MATERI

¨       1.1. Matriks
¨       1.2. Matriks kekakuan elemen.
¨       1.3. Beban simpul elemen..
¨       2.1. Teori elastisitas.
¨       2.2. Kondisi kesesuaian.
¨       2.3. Persamaan kesesuaian..
¨       3.1. Regangan peralihan.
¨       3.2. Persamaan regangan peralihan.
¨       3.3. Regangan geser peralihan.
¨       4.1. Teagangan.
¨       4.2. Regangan.
¨       4.3. Hubungan tegangan regangan.
¨       4.4. Pengaruh tegangan regangan.
¨       5.1. Persamaan kekakuan struktur.
¨       5.2. Persamaan kekakuan elemen.
¨       5. 3. Penyusunan matriks kekakuan struktur.
¨       5. 4. Pembentukan persamaan keseimbangan.
¨       5.5. Kondisi batas peralihan.
¨       6.1. Interpolasi.
¨       6.2. Matriks elemen rangka batang.
¨       6.3. Segitiga regangan konstan
¨       7.1.Transformasi tegangan regangan dan besaran     material.
¨       7.2. Transfoemasi kekakuan dua dimensi.
¨       7.3. Transformasi untuk tumpuan yang miring.
¨       8.1. Formulasi pembebanan system aksial.
¨       8.2. Pembebanan umum.
¨       8.3. Perilaku plat dan cangkang.

Untuk melihat lebih lengkap nya Download di sini :

Kamis, 24 Maret 2011

Elemen Mesin pegas pipa dan penggerak pesawat

ELEMEN MESIN


BAB I.  PEGAS
      1. Macam-macam Pegas
      2. Bahan Pegas
      3. Perencanaan Pegas
BAB II.  PIPA
      1. Macam-macam pipa.
      2. Sambungan pipa.
      3. Minghitung pipa-pipa.
BAB III. MENGGERAKKAN PESAWAT
      1. Penggerakkan langsung.
      2. Penggerakan dengan ban-mesin
      3. Ban mesin penggerak.
      4. Cakera ban mesin.
      5. Cara menghitung cakera ban mesin.
      6. Penggerakan dengan dawai.
      7. Dawai V
      8. Penggerakan dengan rantai.
      1. Penggerakan dengan roda-roda gesekan.
      2. Menggerakkan dengan roda-roda gigi.
      3. Bentuk-bentuk roda gigi.
      4. Cara menghitung roda-roda gigi.
 BAB IV.  PERAPAT BATANG DAN POROS
      1. Tabung Paking
      2. Perapat Labirin
      3. Perapat Poros Berputar


 DAFTAR PUSTAKA

Dieter G.E,  Sriati Djaprie, 1987., Metalurgi Mekanik, Erlangga, Jakarta.
Hirt. M., Anton Budiman, Bambang Priombodo, 1994, Elemen Mesin  Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Jain. Er. R.K, Machine Design, Khanna Publishers, New Delhi.
Khurmi R.S & Gupta .J.K., Machine Design, Eurasia Publishing House Ltd, New Delhi.
Shigley .J.E dan  Mithchell L.D., 1986, Perencanaan Teknik Mesin Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Shigley .J.E dan  Mithchell L.D., 1995, Perencanaan Teknik Mesin Jilid II, Erlangga, Jakarta.
Stolk .J., Kros C., Elemen Mesin Elemen Konstruksi Bangunan Mesin, Erlangga, Jakarta.
Sularso, Toh-in Gakuen, Technical College., 1978, Dasar-dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradyna Paramita, Bnadung.
Wertwin, 1952, Konstruksi Bangunan Mesin, Hastam, Jakarta. 

Untuk lebih lengkapnya anda dapat mendownload nya di sini :